Kamis, 18 April 2013

Purbasari kepada Anom yang menunggu Arjuna [Dari Karma, Aku Belajar Cinta]

Aku percaya apa itu karma.

Setelah hari ini dia muncul, tepat di hadapan muka. Memamerkan kekuatannya, seakan-akan alam pun tunduk dengannya. 

*** 
Katakan aku wanita aneh sedunia. Aku tidak pernah percaya apa itu cinta. 
Katakan aku wanita paling bodoh sedunia. Aku tidak mau mengenal apa itu cinta.
Katakan aku wanita paling berpura-pura sedunia. Aku tidak pernah berpura-pura tak menginginkan cinta.
Buatku, cinta itu sesak, pedih, penuh air mata. Siapa butuh itu?
Tak peduli dengan hukum keseimbangan yang mengatakan setiap insan butuh satu rasa yang menyelaraskan langkah hidupnya dengan dirinya sendiri, dengan sesama, dengan alam, dengan Tuhan.

*** 

Dan karma itu akhirnya muncul juga. 

Aku jatuh cinta. Pertama kalinya dengan pria berkaca mata berbingkai tipis itu. Duniaku berputar, semerbak harum bunga memenuhi indra penciumanku, rasa berdebar tak dapat kuenyahkan begitu saja dari dalam dadaku, ya.. Jatuh cinta ternyata tidak buruk-buruk juga ternyata.

***
Sayangnya aku terlalu takut, terlalu menjunjung tinggi gengsiku sebagai wanita. Kata cinta tak akan mudah saja keluar dari bibirku, bahkan ketika dia mengungkapkannya. Lewat aksi nyata, bukan kata-kata atau gombalan sampah semata. Dia menunjukkannya.

***
Sampai akhirnya dia pergi. Kembali mencari sesuap kasih yang sanggup wanita lain beri. Bukan aku. Dia lelah menungguku, menunggu gengsiku yang semakin lama kian membatu.

*** 
Sampai di mana karma itu berkuasa atas tubuh-tubuh yang bergerak bak robot tak berjiwa?

Bukan pria itu saja yang lelah. Aku pun!

Lelah menunggunya untuk kembali, namun kenyataannya. Dia pergi, lama.. Lama sekali.

***
Sampai kapan karma itu akan berlaku?

Pada hati yang perih dihunus sembilu rindu?

Pada hati yang basah oleh luka bernanah bernama cinta?

Salahkah aku yang terlalu buta?

*** 
Kadang karma akan berjalan sesuai kehendaknya. Menemukan jiwa-jiwa yang sepi dan terlantar sendirian. Pada awalnya ia akan bersembunyi, pada satu sudut gelap dan buram, indra penglihat saja tak dapat memindainya. 

Kemudian dia akan bergerak perlahan, merangkak naik ke permukaan. Bernapas satu dua tarikan. Menjelaskan pada kita, bahwa ia ada. Lalu apa? Dia pula yang membawa kita kembali menjejak tanah. Berpikir ulang dan memahami bahwa ada yang salah dalam diri. Harus diperbaiki.

Karma berusaha memberikanku pelajaran. Bahwa memang ada cinta yang bisa datang, menawarkan kebahagiaan walau sekejap mata, singkatnya. Karma memberikanku kesempatan untuk merasa dicintai, untuk mencintai walau gengsiku terlalu tinggi. Untuk berlari menjauh dari cinta itu kemudian pada satu titik, aku terlalu lelah. Aku berhenti.

***
Karma, berada di mana posisinya sekarang?

Dia ada, terus membayangi. Menjadi bayang-bayang kedua yang terkadang muncul, pelan-pelan seperti biasa. Seakan mencoba memberi tanda, membiarkan aku untuk waspada.

***
Lalu sekarang, di mana posisi cinta?

Karma memberiku alasan bahwa pemikiran awalku yang kurasa benar itu memang benar adanya. Cinta hanya membawa kesusahan, pedih, sakit hati, dan air mata. Namun seiring karma yang memunculkan diri, kini aku tahu ada lapis tipis perbedaan antara karma dan proses menuju suatu yang nyata. 

Dari karma aku percaya, bahwa ada rasa di dunia yang indah bernama cinta.

Setelah hari ini ia muncul, tepat di hadapan muka. Memamerkan kekuatannya, seakan-akan alam pun tunduk dengannya. 



***

Tintaku telah habis. Bulu angsa putih ini terasa kering. Aku lelah sekarang. Ingin pulang.

***

Purbasari kepada Anom yang menunggu Arjuna

Karma, aku belajar cinta

Bogor,  Istana  Agung Palasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar