CoupL(ov)e bercerita mengenai sebuah
pernikahan antar sepasang sahabat, Halya dan Raka. Pernikahan yang membuat
kehidupan mereka jauh-jauh-jauuuuuuh berbeda dari sebelumnya. Banyak kemelut
terjadi, banyak duka dan benci, banyak tangis dan nestapa, namun ada juga
canda, bahagia, dan tawa. Penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya? Alasan
apa yang mendasari mereka berdua untuk sepakat menjadi suami istri? Baca novelnya
untuk tahu kisah lengkapnya :))
Novel dengan setting
Bandung-Jakarta ini beralur maju-mundur. Pembaca akan mengetahui secara
gamblang bagaimana kisah awal persahabatan Halya dan Raka sampai kehidupan pasca
pernikahannya. Awalnya saya merasa bahwa alur cerita mengalir sangat pelan, namun
di tengah, saya terpompa untuk membaca lembar demi lembarnya. Dalam kisah yang
ditulis, kadang saya merasa ikut capek, sedih, kesal akibat ulah tokoh di
dalamnya. Rhein saya akui sangat pandai sekali memainkan emosi pembaca, khususnya
saya yang sensitif jika terdapat kisah yang menguras emosi dan jiwa raga. Tak
jarang saya pun tertawa-tawa ketika saya seolah-olah mengenal sosok Halya yang
lucu dengan tingkah kekanakannya yang diimbangi sosok Raka di dalamnya. Saya
pun mengakui bahwa sosok Raka adalah sosok yang sangat-amat cocok bila
dijadikan 'mantu idaman setiap orangtua' dikarenakan Raka akan membuat wanita
melting akan setiap kelakuannya, minus kelakuan untuk mengenang romansa masa
lalu bersama seseorang bernama Rina. Cih! Ini part yang paling saya sebal.
Bagaimana mungkin dia tega bermain perasaan dengan Halya, istrinya, yang secara
tidak langsung dikatakan ber'selingkuh' tepat di depan wajah istrinya sendiri,
sementara Halya yang terjebak masa lalunya bersama Gilang, membuat Raka
cemburu! Oh come on Raka! Otakmu ditaruh di mana sampai tega menaruh rasa
cemburumu pada Gilang?!
Satu lagi yang saya suka dari
novel ini selain permainan emosinya, adalah kepribadian Halya yang ditulis apik
oleh Rhein. Saya seakan-akan menjadi sosok Halya karena saya ikut merasakan
kesedihannya, penderitaannya akan Gilang, dan cinta untuk Raka! Berbicara
tentang Gilang, andai saja Gilang itu tidak....... (ups, baca sendiri ya :p)
saya sangat suka caranya mencintai Halya, begitu menyentuh! Sempat merasa iri juga
sih dalam hati dengan Halya, karena cinta Gilang sangat luar biasa dan penuh
kejutan.
Rhein memberikan satu gambaran
mengenai cinta murni antar sepasang sahabat. Bagi yang skeptis mengenai
persahabatan antara lelaki dan wanita di mana keukeuh bahwa pasti selalu ada
cinta yang terselip di dalamnya selain rasa persahabatan, wajib membaca novel
ini! Jujur saja saya terhanyut oleh kisah yang ditawarkan, tentang cinta itu
bisa dipupuk, bisa bersemi, jika sepasang manusia saling mengusahakan, dan
itulah yang terjadi dalam kisah Halya dan Raka walaupun pada awalnya mereka
hanya bersahabat, namun saat mereka berusaha dan memiliki tekad, mereka pun
saling jatuh cinta.
Oh iya, ada part di mana Rhein
mengisahkan tokoh-tokohnya menjadi mahasiswa tingkat akhir. Saya ikut
merasakan, bagaimana killer-nya dosen, bagaimana susahnya menyusun skripsi,
bagaimana rasanya akan menghadapi sidang. Kiamat! Saya benar-benar merasa
diingatkan kembali pada kejadian 2 minggu lalu saat saya sidang! Oh My God!
Saya banget tuh yang panik-panik sinting dan bernangis-nangis ria sebelum
sidang! *nangis lagi*
Jujur tidak banyak kekurangan yang saya
temukan dalam novel ini selain bagian yang sedikit aneh saat diceritakan Halya
sedang reuni dengan teman-teman blogger-nya yang salah satunya bernama Angie.
Diceritakan sebelumnya Halya sudah pernah mengirimkan fotonya bersama Gilang pada
Angie, dan ketika Angie bertemu dengan Raka dia menyangka bahwa itu Gilang. Di
sini saya bingung, entah Angie yang lupa wajah Gilang atau Gilang dan Raka
berwajah mirip hingga dia sampai salah menyebut nama Raka menjadi Gilang,
sehingga muncul sedikit api cemburu yang sebenarnya membawa hubungan Raka dan
Halya ke step selanjutnya ;p
Satu hal yang saya tangkap dan
paling mengena di hati adalah kata-kata Raka pada Halya, Love and relationship are work. Ada usaha di sana melalui beragam cara.
Sedikit memberi harapan pada fakir asmara bahwa akan ada cinta bila ada
usaha, bukan hanya cinta itu dapat kita rasakan lewat tatapan pertama saja,
namun proses menuju sesuatu yang bernama cinta itulah yang membawa kita pada
cinta yang seutuhnya.
Untuk novel yang menguras energi,
air mata, dan emosi serta memberikan tawa, bahagia, saya beri empat bintang!
Terus berkarya ya Rhein, saya akan tunggu novel menguras emosi dan saya akan
tunggu emosi saya dijungkir-balikkan lagi olehmu :P :P
Semoga Rhein selalu sukses dan
tidak habis ide untuk menuang imajinasinya dalam untaian kata.
Well, siapa yang siap berusaha
untuk menemukan dan berjuang demi cinta di sini? Saya akan mengacung paling
pertama!
Wah ini to pemenangnya.. Selamat mba :). Iya, suka banget novel ini
BalasHapusMakasih ya :) Aku juga suka novel ini
Hapus