Kamis, 08 November 2012

Jake

Karenina berjalan menuju altar dengan hati gelisah. Digenggamnya buket bunga itu kuat-kuat demi mengalihkan debar jantungnya yang teramat kencang. Di sisinya ia melihat Marco, tampak apik dengan setelan jas hitamnya. Ia memandang mata biru ayahnya itu, seakan meminta kepastian. Ayahnya tersenyum sambil mengangguk, kemudian melepas lengan putri semata wayangnya itu. 
Jake memandang Karenina penuh cinta. Satu-satunya wanita yang mampu meleburkan segala asa dalam dadanya dan mau menerima kehidupan Jake yang serba berantakan.

Karenina tergugu. Ia mengecupnya sepenuh hati. Bulir air mata menetes satu persatu melewati pipinya yang lembut. Jake akan selalu ada dalam hatinya, dalam ingatannya, dan dalam bayangnya. 

Pekat menyapa, Karenina bangkit dengan perasaan gelisah luar biasa setiap meninggalkan pemakaman ini, meninggalkan khayalan bahwa ia dapat menikah dengan Jake, dan ia mengecup nisan Jake sekali lagi sebelum ia melangkahkan kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar