Selasa, 14 Februari 2012
“Untuk kamu..” katamu
tiba-tiba saja sudah menaruh dua bentuk cokelat berbentuk hati di atas meja.
“I love you, Cinta..”
sambungmu lagi.
Ucapanmu jujur saja
membuatku terdiam. Hatiku seolah dipenuhi jutaan kupu-kupu cantik yang
beterbangan. Ah, bagaimana mungkin perasaanmu padaku berubah secepat itu?
Bukankah baru sebulan lalu kita sama-sama mengucap janji bahwa kita akan selalu
menjadi sahabat sampai mati? Secepat itukah perasaan sayang antar sahabat
berubah menjadi cinta?
"Aku..."
Kamu menggeleng saat aku
hendak menyelesaikan kalimatku. Matamu berubah menjadi lebih fokus, menatap
wajahku.
"Aku hanya ingin kamu
tahu perasaanku Ta, itu aja cukup untukku..."
***
Kamis, 14 Februari 2013
Aku berlari menyusuri lorong
rumah sakit. Mencari sosokmu. Jujur saja aku tak memiliki firasat apapun
mengenai kejadian yang menimpa dirimu saat kamu pamit dari rumahku malam tadi,
namun hal inilah yang menyadarkan aku akan sesuatu.
Kamu berada di dalam sana
dengan tubuh penuh selang. Detak jantungmu tertera dalam layar monitor,
membuatku sangat takut. Mati-matian diriku berusaha menahan air mata yang
siap tumpah kapan saja, karena aku tahu, kamu benci melihatku menangis.
Aku takut kehilanganmu, Ras.
Aku sangat takut.
Kar'na aku mencintaimu.
Sedari dulu, tepat setahun lalu saat hujan gerimis di Februari,
kamu menyatakan perasaanmu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar