“Itu sosis kan? Aku boleh
minta?”
Dhannielle yang sedang menikmati
bekal makan siangnya langsung menghentikan aksi makannya. Ia mendongak, menatap
ke arah sumber suara. Seorang laki-laki keturunan Jepang tersenyum kepadanya.
Giginya ompong satu namun tak mengurangi ketampanan wajahnya. Perempuan itu
mengangguk, merasa malu sendiri karena ia seorang murid baru di sekolah.
Dhanielle salah tingkah.
Dirapikannya rok seragam merahnya walau tak kusut.
“Kamu
murid baru di sini kan? Kenalin aku Akio.” Lelaki itu mengulurkan tangannya,
senyumnya muncul membuat matanya semakin sipit.
Dhanielle tergugu, disambutnya
tangan Akio yang terulur. Rona merah seketika menjalar di pipinya yang tembam.
“Aku
Dhanielle..”
“Aku
udah tau.”
Sedetik Dhanielle merasa kaget
karena Akio mengetahui namanya, namun di detik berikutnya mereka sudah mengobrol akrab, layaknya teman
lama. Setiap harinya mereka selalu janjian makan siang bersama saat waktu
istirahat sekolah tiba, terkadang saling menukar isi makan siangnya, sosis dan
sushi.
Dhanielle tersenyum mengingat
bagaimana pertama kali ia bertemu dengan Akio. Kenangan lima belas tahun lalu
yang tiba-tiba saja hadir di dalam pikirannya. Kemudian tanpa sadar ia menggenggam
tangannya sendiri, merasakan ada benda dingin yang melingkar di jari manisnya. Cincin
pernikahan unik dengan desain sushi dari Akio, melekat indah di sana.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar